Keseruan Mengeksplor Kampung Zuhud
H3 Keseruan Mengeksplor Kampung Zuhud
Ckrreekk… Ckriiingg… Ckrreekk… Ckringg…
terdengar suara aneh membangunkanku di tengah malam. Kulihat kanan dan kiri,
rupanya tak ada siapa-siapa. Teman-temanku masih tertidur pulas beserta
dengkuran mereka. Dengan perasaan takut, aku melanjutkan tidurku kembali.
Aku pun terbangun lagi pada pukul
04.00. Saat Adzan Shubuh berkumandang, aku segera membangunkan Athar dan Aka.
Mereka pun segera bersiap dan berangkat ke masjid bersama bapak. Selagi mereka
pergi shalat, aku pun membasuh badanku dan merapihkan barang2ku.
Sepulang dari masjid, Athar dan Aka
segera bersiap untuk bertemu mentor di saung. Hari ini, kami tidak terlambat.
Sesampainya di saung, Kak Anne merefleksi kegiatan kami dan tidak lupa
memberikan tantangan. Tantangan yang diberikan Kak Anne kali ini adalah,
mencari informasi seputar desa dan sekitarnya. Usai sudah sesi refleksi, kami
pun kembali ke rumah.
Baru sampai rumah, aku melihat bapak
dan Fahri bersiap untuk pergi. Ternyata, bapak akan mengantarkan Fahri ke
sekolah. Karena tidak ada yang menjaga warung, akhirnya aku menjaga warung
bapak dengan sukarela. Tak lama, datanglah seorang pria paruh baya membeli
rokok. Dengan senang hati, aku melayani pembeli tersebut.
Sehabis mengantar Fahri, bapak mengajak
kami bertiga untuk membungkus berondong yang kami buat kemarin. Pertama-tama,
berondong dituang terllebih dahulu ke wadah plastik yang cukup besar. Setelah
berondong diisi, Athar dan Aka mulai memasukkan berondong dengan sendok plastik
ke plastik makanan ukuran ½ liter. Sedangkan tugasku adalah untuk menyegel
plastik dengan plastic sealer. Setelah
berondong dibungkus, aku memasukkan berondong-berondong yang tadi ke plastik
yang lebih besar. Satu plastik berisi 10 plastik berondong kecil. Kami
melakukakn hal ini sampai pukul 09.00.
Ketika kami hamper selesai dengan
berondong, tim Leo datang ke rumah kami dan mengundang kami untuk bertamu ke
rumah mereka (Rumah Mang Ondin). Setelah selesai membungkus berondong, kami pun
pergi menuju rumah Mang Ondin.
Setibanya disana, kami disambut dengan taman
yang indah serta beragam tanaman. Ternyata, Mang Ondin suka berkebun. Tidak
hanya kebun, Mang Ondin juga memelihara beberapa binatang dirumahnya. Di depan
rumahnya, terdapat kolam ikan yang berisi ikan mujair, gurame, dll. Di dalam
rumahnya, Mang Ondin juga memiliki akuarium yang berisi ikan maskoki dan ikan
lainnya. Tidak hanya ikan, Mang Ondin juga memelihara seekorn hamster yang
sangat lucu. Namanya Mochi. Mang Ondin juga memelihara seekor kura-kura bulus
yang ia tangkap sendiri di sawah.
Setelah berkelililng rumah, kami diajak
Mang Ondin untuk belajar mencangkok. Mula-mula, kikis batang pohon yang ingin
dicangkok dengan silet/pisau yang bersih. Oiya… sebelumnya, Mang Ondin memberi
tahu tanaman apa saja yang bisa dicangkok. Tanaman yang bisa diacangkok adalah
tanaman yang batangnya memiliki cambium. Setelah membersihkan kambiumnya,
batang pohon tersebut dioleskan bawang merah yang sudah dikupas. Alasan mengapa
dioleskan bawang merah dan bukan yang lain, karena bawang merah mempunyai
senyawa allicin yang dapat menumbuhkan akar. Setelah dioleskan, batang yang
tadi dilapisi oleh lumpur yang cukup tebal. Sebenarnya, akan lebih baik lagi
jika dilapisinya oleh lumut. Tetapi, karena sekarangsedang musim kemarau, lumut
sangat sulit dicari. Setelah itu, lumpur dibungkus dengan plastic yang
dilubangi agar air bisa masuk.
Setelah mencangkok, kami diajak Mang
Ondin untuk belajar menyambung. Di sebelah kiri taman Mang Ondin, terlihat
pohon yang berbentuk unik. Pohon tersebut memiliki bentuk daun yang
berbeda-beda. Ternyata, pohon tersebut adalah pohon hasil sambugan yang Mang
Ondin buat.
Langkah-langkah menyambung antara lain
:
~Pilih tanaman yang family-nya sama.
~Pohon minimal berusia 3 bulan
~Buang daun pada pohon yang akan
disambung terlebih dahulu, supaya penyerapan air terfokus pada cabang yang baru
disambung
~Pada langkah ini, intinya hanya
memotong dengan irisan berbentuk apapun agar pohon bisa disambung dan tidak rapuh. Untuk pohon ini,
Mang ondin mengiris cabangnya dengan bentuk huruf V
~Setelah di iris, sambung batang
pohonnya.
Ikat dengan selotip yang kuat agar
tidak mudah patah.
Jika sudah, bungkus sambungan yang tadi
dengan plastik kresek. Ukuran disesuaikan.
Setelah belajar menyambung, Mang Ondin
mengambilkan kami buah kelapa muda, langsung dari pohon Mang Ondin. Kami
langsung membelah kelapanya dan meminumnya dengan nkmat. Air kelapa disini
terasa seperti air soda dan lebih segar dibanding di Jakarta.
Setelah meminum kelapa yang segar, kami
memutuskan untuk bermain kartu. Kami bermain uno selama 30 menit sampai pukul
11.30. Setelah bermain, kami berpamitan dengan Mang Ondin, dan kembali ke rumah
kami masing-masing.
Sampai dirumah, aku merapihkan barang-barangku
dan bergegas mandi. Saat itu, ibu sedang pergi lomba PKK di puskesmas. Jadi,
makan siang kami belum ada. Tak lama ibu pun pulang, ibu langsung bereganti
baju dan membuatkan kami makan siang. Namun kali ini aku menawarkan bantuan
untuk memasak.
Akhirnya, makanan kami jadi dan kami
makan sampai kenyang.
Setelah makan siang, kami diminta
mentor untuk datang ke saung. Ternyata, kami disuruh menanam pohon. Aku dan
timku memilih untuk menanam pohon mangga. Pohon mangga kami berjenis mangga
arumanis. Kami harus berjalan sejauh 200 m dari saung, menuju tempat penanaman.
Tanah di tempat tersebut sangat kering, karena terlalu kering, sangat sulit
untuk mencangkul tanah tersebut. Tanah harus diberi air terlebih dahulu.
Setelah selesai digali, kami melepas polybag
dari pohon kami terlebih dahulu, lalu memasukkannya ke dalam lobang galian
tadi secara perlahan. Selanjutnya, kami tinggal menutup nya dengan tanah
kembali.
Setelah menanam pohon, kami berjalan
pulang bersama ke rumah. Dijalan, langit sudah berwarna hitam. Suara guruh pun
terdengar. Sudah 6 bulan desa ini tidak terguyur hujan. Setelah kami hamper
sampai rumah,tetesan-tetesan air jatuh ke kepala kami. Akhirnya hujan
datang.
Sebelumnya, bapak berencana mengajak
kami membantu pesta pernikahan anak dari Kang Udin (warga sekitar). Rumahnya
berada di belakang rumah kami. Namun karena hujan cukup deras, kami memutuskan
untuk pergi kesana esok harinya. Karena tak tahu ingin melakukan apa, aku pun
memutuskan untuk tidur
Selama 2 jam aku tertidur pulas. Fahri
membangunkanku untuk makan sore. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Kami pun
makan bersama. Selagi makan, aku bertanya kepada fahri tentang suara aneh yang
kudengarr tadi malam. Ternyata, itu adalah jam antik milik nenek Fahri (Nek
Tiah). Setiap waktu Shalat dan jam 12, 6, 3, dan 9, jam itu berbunyi sebanyak
angkanya.
Setelah makan sore, Athar dan Aka pergi
ke masjid bersama bapak. Selama mereka pergi, aku ditugaskan untuk menjaga
warung. Sepulang dari masjid, mereka langsung berganti baju, dan bersiap menuju
saung.
Sebenarnya, dalam perjalanan menuju
saung, aku mengalami hal menyeramkan yang tidak kuberi tahu teman-temanku,
sampai aku menulis blog ini. Setiap pergi ke saung sehabis Maghrib, kami semua
membawa senter masing-masing. Kami hanya berjalan bertiga saat itu. Di tengah
perjalanan, di dekat rumah pak engkus, Athar bermain-main dengan membuat suara
cekikikan yang hamper mirip dengan aslinya.
‘’Hehh… diam’’ Aku memarahi Athar
dengan keras. Tak lama Athar dan Aka berulah lagi. Senter yang mereka pegang,
mereka arahkan ke pohon-pohon. Posisi kami saat itu sedang berada di dekat rumah Pak Engkus. ‘’Woeeyy… senternya jangan
di arahin ke pohon wooyy…’’ ku tegur mereka sekali lagi dengan cukup keras.
Tetapi, sebelum mereka menurunkan senter mereka, aku melihat sepasang bola mata
merah mengkilat di pepohonan. Cerita ini belum ku ceritakan pada siapapun…
Akhirnya kami sampai ke saung. Seperti
biasa, Kak Anne merefleksi kegiatan-kegiatan kami hari ini. Seusai sesi
refleksi, aku meminta tim Pisces untuk berjalan bersama timku menuju rumah.
Rumah kami juga berdekatan, hanya dibatasi satu rumah lagi.
Setibanya dirumah, aku merebahkan
badanku ini, dan berusaha untuk tertidur. Semoga aku tidak terbangun oleh jam
tua itu lagi.
Ingin tau lanjutannya??? Di halaman
berikut ya guys…
Komentar
Posting Komentar