Jadi Orang Desa


H2 Jadi Orang Desa

Huaahhh… tidurku pulas sekali malam tadi… ini saatnya memulai hari baru di Kampung Zuhud


Pukul 04.30 pagi, aku terbangun dari tidurku yang sangat pulas. Waktu disini kira-kira berbeda 10 menit dengan Jakarta. Aku melihat ke kiri, Aka dan Athar masih tertidur pulas. OOYYY…. BANGUN OYY… aku membangunkan mereka dengan cukup keras. Mereka berdua langsung terbangun dari tidurnya. Kemarin kami disuruh mentor untuk datang ke saung pada pukul 05.00, Teman-temanku lupa soal Shalat Shubuh. Mereka baru ingat bahwa Shubuh disini dimulai pada pukull 04.10. Mereka pun tidak sempat Shalat di masjid dan akhirnya menunaikan Sholat Shubuh di kamar.


Setelah mereka Shalat, kami bertiga langsung bergegas ke saung tempat mentor bersemayam. Ternyata kami terlambat. Mentor refleksi tim Pisces dan tim Taurus (Kak Anne) sudah menunggu lama di saung. Rupanya tim Pisces yang terdiri dari Vacha, Syabil, dan Ibrahim, sudah selesai refleksi dari tadi. Lalu kami pun ditanya Kak Anne tentang apa saja yang dilakukan kemarin, bagaimana perasaan, dll. Kami juga diberikan tantangan mencari informasi seputar keluarga. Kami diperintah untuk mencari tahu tentang pekerjaan, sumber air, listrik, transportasi, rumah sakitbterdekat, sumber makanan, pengelolaan sampah di keluarga kami. Selesai sudah sesi refleksi. Kami diberitahu mentor untuk datang ke saung pad a pukul 05.00 pagi dan 18.30 sore untuk sesi refleksi berikutnya.

Briefing di saung

Selanjutnya kami kembali ke rumah kami. Disana bapak sudah menunggu. Aku pun bertanya mengenai agenda kami hari ini. Setelah mengobrol sedikit, bapak mengajak kami melihat-lihat sekitar rumah. Di dekat rumah, bapak mempunyai kandang entok. Entok-entok di kandang bapak sudah berukuran cukup besar, padahal baru 4 bulan. Pakan untuk entok bapak biasanya buah dan sayuran. Tetapi , bapak juga sering memberi batang pisang pada entok entoknya.


Bapak juga punya kandang ayam disamping ruamahnya. Kandang ayam bapak tidak terlalu besar. Di kandang ayam bapak, hanya terdapat beberapa ekor ayam saja. Rata-rata ayam di kandang berusia 3 bulan. Dalam 3 bulan, ayam kampong sudah siap di potong, dan dagingnya tidak terlalu keras. Selain ada kandang binatang, di sebelah kanan rumah bapak juga tinggal beberapa saudaranya.


Setelah berkeliling, aku dan bapak mengobrol sebentar. Mumpung sedang mengobrol, aku juga mencoba mencari informasi yang ditugaskan kakak mentor pada kami. Bagianku adalah mencari informasi tentang pekerjaan, sumber air, dan transportasi di keluarga.


Pekerjaan yang saat ini dikerjakan adalah menjabat sebagai kepala Dusun Sukajadi dan sebagai pendamping desa. Kepala dusun adalah orang yang bertanggung jawab, mengatur, membangun, dan mendengar aspirasi warga dusun. Sedangkan pendamping desa adala h orang yang berkeliling desa untuk mendengar suara rakyat desa dan membangun desa. Saat asyik berbincang, anak pertama bapak, A’ Fahmi datang berpamitan ingin bekerja. Lalu kami melanjutkan perbincangan. A’ Fahmi bekerja sebagai debt collector di daerah Ciamis.


Setelah berbincang, bapak mengajak kami memotong ayam. Kami berjalan menuju halaman belakang rumah. Di sana sudah ada ayam yang sudah siap untuk kami potong. Aku membantu memegang sayap dan kaki ayamnya, dan bapak yang menggorok leher ayamnya. Setelah digorok, ayam dibiarkan begitu sampai mati kehabisan darah. Setelah benar-benar mati, ayam dimasukkan ke ember yang berisi air panas untuk merontokkan bulunya. Lalu kami menunggu ayam direndam di air mendidih selama satu jam.


Setelah potong memotong, kami masuk kerumah dan menyantap sarapan pagi yang disiapkan ibu. Sebenarnya, saya ingin membantu menyiapkan sarapan. Tetapi, ibu sudah menyiapkan sarapan saat kami pergi ke saung bertemu mentor. Keluarga ini memang rajin… dicontoh ya guysss, Setelah sarpan, kami bergantian mandi.


Setelah mandi, niatnya kami ingin membantu membersihkan ayam. Saat kami ke halaman belakang, kami melihat ibu mencabuti bulu-bulu ayam. Lalu saya meminta ibu untul mencoba membersihkan ayam, cuman kami saling sungkan. Jadi ibu yang membersihkan ayamnya.


Karena tidak melakukan apa-apa, kami akhirnya berkunjung ke rumah Pak Fadly, tetangga kami. Rumah Pak Fadly ditinggali oleh grup Pisces. Saat kami berkunjung, kami langsung disuguhi makanan ringan seperti rengginang, opak, dodol, dll. Oiya… dodol di rumah Pak Fadly itu enak sekali, Sampai-sampai aku membawa pulang dodol itu kerumah. Kami mengobrol dan bercanda tawa di rumah Pak Fadly sampai jam 09.00. Saat kami hendak berjalan pulang ke rumah, kami melihat Mang Ondin membawa senapan beserta tim Leo bergerak menuju hutan. Ternyata mereka ingin berburu hama tupai yang suka memakan kelapa dihutan. Kami bergegas menghampiri mereka untuk meminta ikut. Tapi kami sudah meminta izin dari bapak terlebih dahulu sebelum mengikuti mereka.


Kami bergerak menuju hutan di dekat rumah kami untuk mencari tupai. Tak lama kami melihat ada sekelebat yang melompat dari satu pohon ke pohon yang lainnya dengan cepat. Setelah melihat lebih dekat, ternyata itu adalah tupai yang sedang kami buru. Mang Ondin meminta kami semua diam sambil mengeker ke arah pohon yang dihinggapi tupai tersebut, Karena sangking semangatnya kami, kami membuat kegaduhan sehingga tupai yang tadi kabur dan belum sempat di tembak. Sayang sekali.


Karena gagal, akhirnya kami masuk lebih dalam ke hutan untuk mencari tupai lain. Tapi sayang, tupai yang kami cari tidak ketemu. Mungkin kami sedang tidak beruntung. Lagi pula tupai lebih sering keluar malam hari ketimbang siang hari. Akhirnya, kami pun mencoba senapan yang di bawa Mang Ondin sedari tadi. Awalnya kami bergiliran mencoba senapan tanpa peluru. Lalu kami mencoba senapan asli yang berpeluru.


Cara kerja senapan ini adalah, kita harus mengisi tabung peluru senapan yang terletak dibawah teropong dengan satu peluru. Lalu kita harus memompa senapan di bagian depannya dibawah laras senapan. Jika memompa sebanyak 1-4 kali, target tidak akan mati. Tetapi jika memompa sebanyak 5 kali atau lebih, peluru bahkan bisa menembus target.


Setelah mencoba senapan, Mang Ondin mengajak kami mencari pete.
Kami pergi ke sisi lain hutan di dekat Makam leluhur kampung. Akhirnya kami melihat buah pete yang siap diambil. Karena pohon pete terlalu tinggi (kira-kira 10 meter) jadi, yang memanjat pohon adalah Mang Ondin. Kami hanya membantu memberikan galah. Pete yang kami dapet berukuran jauh lebih besar dari pete yang biasanya ada di Jakarta.


Setelah mengambil pete, kami lanjut berjalan menuju kebun papaya yang jaraknya kira-kira hanya 200 meter dari pohin pete yang tadi. Setelah sampai, kami diajarkan Mang Ondin untuk memilih pepaya yang lezat untuk dimakan. Lalu mata saya melihat beberapa pohon pepaya yang buahnya habis dimakan burung. Setelah mengambil pepaya, kami mulai mengupas buahnya satu persatu. Pepaya disini sangat manis dan creamy. Tidak seperti di Jakarta, pepaya di Jakarta terasa lebih pahit dibandingkan disini.


Setelah makan pepaya sampai kenyang. Kami mendengar suara daun diinjak dan ranting yang patah dari jauh. Ternyata itu adalah tim Pisces. Mereka menghampiri kami dan tertarik untuk mencoba senapan angin milik Mang Ondin. Setelah semuanya mencoba, kami bergegas kembali ke rumah masing-masing. Jarak dari kebun pepaya ke rumah bapak kira-kira 300 meter.

Regu Taurus pun tiba di rumah lagi. Setelah duduk dan minum sebentar, kami melanjutkan kegiatan kami masing masing. Aku membantu bapak menjaga warung sambil mengobrol. Di kesempatan seperti inilah aku bisa mencari informasi yang ditugaskan oleh mentor.


Jadi, air yang ada dirumah ini ditarik dari 2 mata air besar didekat masjid. Untuk menarik air tersebut, dibuatlah 2 pompa. Salah satu pompa yang ada disumur dipasang oleh bapak. Setelah air dipompa, lalu air dialirkan melalui pipa-pipa kecil ke rumah-rumah warga. Mata air di dekat masjid tidak pernah kering sebelumnya. Jadi, pasokan air bapak masih banyak.


Untuk transportasi, transportasi yang paling umum digunakan disini adalah motor. Hampir semua keluarga di desa ini memiliki motor. Punya motor adalah hal yang sangat menguntungkan, apalagi motor trail. Hal ini menguntungkan karena medan di Kampung Zuhud sangat berat. Selain motor, disini juga terdapat angkutan umum (Angkot). ’’Dulu, disini ada 15 angkot, namun lama kelamaan berkurang karena rata-rata keluarga disini sudah punya motor’’ tutur bapak.


Setelah menjaga warung, kami dipanggil ibu untuk makan siang. Ayam kampung yang tadi dipotong sudah menjadi ayam goreng yang berbau sangat lezaaat… ditambah sayur sop dan tahunyang masih hangat, makan siang kami menjadi sangat nikmat.


Setelah makan siang, ibu mengajak kami meliihat proses pembuatan berondong. Mula-mula, ibu mengambil serauk jagung khusus yang ada dikarung di pojok ruang tengah. Setelah itu, ibu mempersiapkan wajan dengan minyak panas, yang dikira-kira sebanyak 5 sendok makan. Lalu dengan wadah yang lebih kecil lagi, ibu menyerok sebagian kecil jagung untuk dimasukkan ke wajan. Setelah diamsukkan, tutup wajan dengan penutupnya, lalu tunggu selama 5 menit. Setelah itu, akan terdengar bunyi ledakan seperti, tung..tung.tung.. dari dalam wajan. Jadi dehh berondongnya. Setelah matang, ibu meletakkan berondong ke wadah yang lebih besar lagi untuk dibumbui. Setelah bumbu meresap, berondong dimasukkan ke dalam karung yang besar. Kami melakukan hal yang sam sampai karung terisi sebanyak ¾-nya.


Setelah membuat berondong, kami pergi ke lapangan sepak bola didekat saung. Athar dan Aka ikut bermain, sedangkan aku hanya menonton. Hampir terjadi kerusuhan antara anak Kampung Zuhud dan Oase saat memilih siapa saja yang akan bermain. Akhirnya yang bermain adalah 4 orang dari setiap tim. Satu babak berlangsung selama 15 menit. Yang bermain bukan laki2 saja. Perempuan juga bermain.

Bermain bola

Setelah menonton bola di lapangan, kami kembali ke rumah. Di rumah kami tidak tahu ingin melakukan apa. Sudah ada Fahri yang menjaga took. Jadi, kami hanya mengobrol bertiga dan menulis jurnal. Tak lama, tim Pisces yang juga mengalami hal yang sama. Dan akhirnya kami bercanda tawa bersama. Lalu datanglah tim Libra ke kamar kami, namun tidak bersama Alfar. Tidak sampai disitu, tim Aquarius yang sedang lewat pun akhirnya menghampiri kami. Akhirnya pembicaraan sampah kami selesai pada jam 17.00 dan mereka kembali ke rumah masing-masing.


Berkumandanglah Adzan Maghrib. Athar dan Aka bergegas menuju masjid untuk menunaikan Shalat mereka. Sepulang dari Masjid, Kami bertiga makan terlebih dahulu, lalu bergegas menuju saung kazu. Seperti biasa kak Anne merefleksi tim Taurus dan Pisces dan meminta hasil tantangan yang diberikan tadi pagi.


Selesai sudah sesi refleksi. Kami pun kembali ke rumah masing-masing. Tanpa basa basi, aku langsung meregangkan badanku yang gendut ini di matras. 

 Selesailah hari kedua di Kampung Zuhud ini. Mau tau lanjutannya? Skuyyy baca lanjutannya… Selamat membaca....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Explorasi Pramuka Penggalang OASE 2019

Keseruan Mengeksplor Kampung Zuhud